Jadi Pengusaha Setelah Pensiun, Kenapa Tidak?

Pensiun merupakan suatu proses perubahan yang besar dalam kehidupan kita. Mengubah kebiasaan bekerja sebagai karyawan yang selalu berhubungan dengan peraturan dan budaya perusahaan selama puluhan tahun, menjadi individu yang bebas melakukan pilihan untuk mengisi sisa hidup ini tidaklah mudah. Apa mau dikata, kita harus menentukan pilihan.

Salah satu pilihan yang banyak diambil adalah melakukan bisnis (wirausaha) untuk kegiatan setelah pensiun nanti. Mari kita bahas siasat jitu dalam menyikapi kehidupan baru sebagai pengusaha setelah pensiun.

Perubahan cara berpikir (mindset) mutlak harus dilakukan. Dari seorang pekerja yang terbiasa menggantungkan penghasilan dari gaji, tunjangan dan bonus dari perusahaan, kini harus mampu mengelola dana yang ada, baik dari tabungan selama masa kerja maupun dari uang pesangon, untuk mencukupi kebutuhan sisa hidup ini. Artinya, apapun usaha yang akan anda geluti, harus memiliki harapan baik akan menciptakan pendapatan (income) pengganti penghasilan anda.

Lantas, bagaimana kita memulainya? Pertama yang harus dilakukan adalah menguatkan keberanian anda.

Banyak orang mengurungkan niat menjadi pengusaha karena tidak mampu mengatasi rasa takut untuk memulai usaha. Takut gagal (bangkrut), takut tertipu dan masih banyak ketakutan-ketakutan yang lain.

Saya teringat gurauan seorang teman menyikapi hal tersebut. Ketakutan yang berlebihan tidak akan membawa kita menuju sukses. Sukses diawali dengan tindakan. Bayangkan saja seperti kita buang air di WC. Kita tidak pernah berfikir, akan sukseskah buang air kita sekarang? Kita bertindak dan tiba-tiba semuanya mencapai titik akhir. Melegakan berarti sukses. Kalau belum sukses, siasati dengan makan pepaya atau obat pencahar. Sederhana kan?

Mulailah usaha anda dengan mengembangkan ide-ide yang orisinal dan unik. Yang terpenting anda menyukai ide-ide tersebut. Bagaimana unik dan orisinalnya ide anda, kalau anda tidak menyukainya, anda akan melakukannya dengan setengah hati. Sesuatu yang kita lakukan dengan setengah hati, hasilnya tidak akan maksimal. Kemudian ciptakan perbedaan dari produk usaha anda. Karena perbedaan itulah yang membuat langgeng usaha anda. Setelah itu rencanakanlah usaha anda dengan baik.

Perencanaan Usaha dimulai dengan melakukan perencanaan keuangan pribadi setelah menerima pesangon dari perusahaan untuk mempertahankan kualitas sisa kehidupan anda cukup terjaga.

Lunasi Hutang. Pastikan bahwa sudah tidak ada lagi kewajiban hutang kepada pihak lain. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat tidak ada lagi pendapatan rutin (gaji) seperti masa anda masih bekerja. Beban hutang hanya akan menjadi 'hantu' kehidupan yang akan selalu mengganggu ketenangan sisa masa hidup anda.

Sisihkan biaya hidup. Dalam usaha, ada 2 hal yang akan terjadi, kalau tidak untung ya rugi. Awal usaha adalah proses awal belajar. Tentu resiko belum dapat mencetak keuntungan cukup besar. Disisi lain, kita sudah tidak ada lagi pendapatan rutin. Untuk itu, perlu kita menyisihkan biaya hidup kita paling tidak untuk 6 sampai 12 bulan mendatang. Biaya hidup diperhitungkan atas dasar rata-rata pengeluaran rutin kita setiap bulan. Dana untuk biaya hidup ini dapat kita simpan dalam instrumen keuangan yang mudah dicairkan (liquid). Tabungan biasa yang memiliki ATM misalnya.

Bentuk dana darurat. Usia yang sudah tidak muda lagi biasanya membutuhkan dana yang relatif lebih besar untuk menjaga kesehatan dibandingkan waktu kita masih muda. Sisihkanlah sejumlah dana untuk keperluan tersebut, minimal setara dengan 3 bulan biaya hidup kita. Karena sifatnya yang tidak rutin, Dana Darurat dapat disimpan pada instrumen yang relatif liquid, namun memliki kemampuan perkembangan nilai yang cukup baik. Deposito misalnya.

Masih ada tanggungan Pendidikan Anak? Jika ya, sisihkanlah sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai pendidikan anak kita tersendat ditengah jalan. Bagi anda yang sudah memiliki dana pendidikan anak baik itu dalam bentuk asuransi dana pendidikan, reksadana pendidikan anak ataupun instrumen lain, pastikan jumlah yang tersedia sudah sesuai dengan kebutuhan aktual saat ini dan memenuhi nilai masa depan (future value) sampai si anak selesai kuliah. Jika belum cukup, sisihkan sebagian uang pesangon untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Setelah peta pertahanan finansial pribadi anda sudah terencana dengan baik, barulah sisa pesangon yang masih ada kita manfaatkan sebagai modal pengembangan aset yang kita miliki.
Kurang bijaksana bila seluruh dana yang tersedia di manfaatkan seluruhnya sebagai modal usaha. Harus ada dana cadangan untuk menghadapi kemungkinan usaha kita tidak berjalan dengan baik. Kami sarankan perbandingan antara Dana cadangan dan Modal usaha adalah sebagai berikut :

70 % sebagai dana cadangan. Manfaatkan dana cadangan ini untuk bisa berkembang melalui investasi. Penempatan dana cadangan bisa pada instrumen instrumen investasi yang bersifat konservatif, moderat, mengingat profil risiko investasi sebagai pensiunan (usia tidak muda lagi) yang anda miliki. Instrumen yang dapat dipilih antara lain Deposito berjangka, reksadana pendapatan tetap atau reksadana campuran.

30% sebagai modal usaha. Mengapa untuk modal usaha 'hanya' 30 %? Mengawali sebuah usaha yang notabene adalah kegiatan yang relatif baru bagi anda, akan menghadapi kemungkinan resiko terburuk, yaitu gagal. Kegagalan dalam usaha adalah salah satu proses pembelajaran. Pengalaman akan kegagalan inilah yang akan membuat anda semakin lihai dalam berbisnis. Yang berarti semakin dekat pada kesuksesan usaha anda. Ingatlah, Kesuksesan seorang pengusaha ditentukan leh berapa kali ia mampu bangkit dari kegagalannya. Dengan adanya dana cadangan, kemampuan anda untuk bangkit kembali disisi finansial masih terbuka lebar.

Nah sekarang, peta pertahanan finansial pribadi anda sudah terbentuk. Anda dapat lebih fokus untuk melanjutkan perencanaan usaha anda setelah pensiun.
Ide-ide anda sebagai modal utama dapat anda sinergikan dengan kekuatan modal keuangan yang tersedia. Usahakanlah untuk menggunakan modal sendiri dulu untuk memulai usaha yang baru anda rintis. Setelah usaha berjalan sesuai dengan harapan, tambahan modal berupa kredit usaha dari bank layak untuk dipertimbangkan.

Perencanaan selanjutnya sangat bergantung pada jenis usaha yang akan anda geluti. Buatlah perencanaan serinci mungkin. Semakin rinci perencanaan anda, akan semakin mudah menyikapi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) dan ancaman (threadness) usaha anda. Ini akan sangat membantu pengelolaan usaha anda selalu berada pada jalur yang benar dan arah yang tepat. Jangan lupa untuk memperkaya kemampuan intelektual anda dengan membaca literatur-literatur terkait.

Anda telah menjatuhkan pilihan untuk menjadi pengusaha. Anda menjadi kepala bukan ekor. Apakah kemudian badan anda besar atau kecil, tentu tergantung bagaimana anda mengelola usaha anda. Jangan khawatir, ilmu dan teknologi manajemen usaha dewasa ini sudah sangat maju dan mudah di dapat. Anda tinggal menerapkannya.

Dunia usaha dapat dianalogikan seperti antrian. Siapa yang datang lebih dulu, akan mendapatkan kesempatan lebih dulu. Jadi jangan menunda niat anda untuk menjadi pengusaha. Wujudkan segera.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi anda. Selamat datang di dunia Usaha, dan sukses untuk anda.

9 Tips Finansial untuk Isteri Cerdas

Sering kita dengar seorang suami memberikan alasan, "Saya tanya 'direktur keuangan' dulu ya". Dan kita mahfum bahwa yang dimaksud adalah isterinya.

Sudah menjadi tradisi masyarakat kita bahwa seorang isteri adalah pengelola rumah tangga, terutama dalam hal pengelolaan keuangan rumah tangga. Tantangan finansial seorang isteri pun cukup beragam, mulai dari naik turunnya pendapatan keluarga, menjaga anggaran rumah tangga jangan sampai defisit, sampai kepada ancaman kekurangan dana untuk kebutuhan hari tua.

Bahkan, dalam situasi finansial yang kurang menguntungkan, sang isteri terancam untuk 'terpaksa' ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kami berharap beberapa tips di bawah ini akan banyak membantu para isteri untuk lebih cerdas dan terampil dalam mengelola keuangan rumah tangga.

1. Membangun kepercayaan finansial dengan pasangan (suami)

Rencanakanlah keuangan rumah tangga anda bersama dengan pasangan. Ciptakanlah komunikasi yang jujur dan terbuka. Hal ini akan merubah sikap saling menyalahkan satu sama lain (Ingat : Ini merupakan salah satu penyebab utama keretakan rumah tangga) menjadi saling mengingatkan apa bila terjadi pengeluaran yang berlebihan. Hal ini juga dapat membuat anda saling memberikan pujian atas tercapainya sasaran-sasaran finansial yang sudah anda rencanakan bersama. Alhasil, mendorong anda untuk lebih disiplin dan belajar hidup lebih hemat.

2. Belanja, utang/kewajiban, tabungan dan Anggaran Rumah Tangga.

Apa yang pertama kali muncul di pikiran anda pada saat menerima pendapatan setiap bulannya? Belanja? Bayar utang/kewajiban? Atau menabung? Jika belanja yang duluan muncul, hampir pasti anggaran rumah tangga anda akan menderita defisit. Anda perlu mengubah kebiasaan itu. Biasakanlah untuk memangkas pendapatan untuk menabung dulu. Hal ini memastikan arus kas bersih (net cashflow) anggaran rumah tangga anda akan surplus/positif. Setelah itu, bayarlah dulu utang/kewajiban.

Pastikan utang/kewajiban berkurang terus sesuai jadwal yang sudah direncanakan. Waspadai bunga yang diberlakukan. Baru kemudian dari sisa anggaran yang tersedia dimanfaatkan untuk belanja kebutuhan rumah tangga. Dengan melakukan kebiasaan seperti diatas, anda akan lebih mudah mencapai sasaran-sasaran finansial yang diinginkan.

Banyak diantara para ibu rumah tangga yang sudah terbiasa melakukan penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran rumah tangga sebetulnya sangat sederhana, yaitu menuliskan rencana pengeluaran rutin bulanan (membantu untuk tidak keluar dari rel) dan menabung untuk keperluan masa depan yang anda inginkan, seperti mobil, rumah, dana hari tua dan lain-lain. Jangan lupa memasukkan rencana pengurangan hutang dan atau jadwal pembayaran kewajiban kedalam anggaran anda. Bila anda belum melakukannya, manfaatkan software excel spreadsheet atau anda dapat mempelajarinya melalui simulasi perencanaan keuangan di situs kami; www.tgrmfinance.com.

3. Kesepakatan batas pengeluaran.

Buatlah kesepakatan bersama pasangan anda sebuah plafon pembelian, misalnya Rp. 500.000. Bila ada pembelian diatas plafon, anda berdua sepakat untuk membahasnya lebih dulu (tidak berlaku untuk pembelian rutin seperti belanja bulanan, pembayaran listrik dan lain-lain). Diawal, aturan ini memang terasa terlalu membatasi, namun kami telah membuktikan bahwa hal ini berdampak besar pada penghematan anggaran.

4. Menata dokumen finansial Anda

Sediakan tempat khusus untuk menyimpan dokumen finansial dan dokumen penting anda dan tatalah dengan rapih, sehingga anda akan mudah untuk mendapatkannya jika dibutuhkan. Hal ini akan mendorong anda untuk terus melakukan review terhadap anggaran yang sudah anda buat.

5. Mengerti kebutuhan asuransi jiwa dan kesehatan

Polis asuransi dibeli untuk melindungi anda. Sampai sejauh mana polis asuransi yang anda miliki melindungi anda. Untuk Polis Asuransi jiwa, berfungsi sebagai pengganti penghasilan bila pemberi nafkah sudah tidak dapat melakukan tugasnya (karena meninggal atau cacat). Pahami berapa besar nilai perlindungan (Uang Pertanggungan) yang anda butuhkan.

Meningkatnya biaya pengobatan yang mencapai 3-5 kali inflasi merupakan alasan kuat untuk kita memiliki asuransi kesehatan. Sebagian besar dari pembaca tentu sudah memiliki perlindungan kesehatan ini, baik yang di sediakan oleh perusahaan, maupun membeli sendiri. Pahami fasilitas penjaminan (coverage) asuransi kesehatan anda, sesuai dengan yang anda butuhkan. Diskusikanlah uang pertanggungan asuransi jiwa dan coverage asuransi kesehatan dengan perencana keuangan atau agen asuransi anda.

6. Memenuhi kebutuhan dana hari tua

Kapan sebaiknya kita mulai merencanakan dan melaksanakan dana pensiun? Mulailah lebih awal. Semakin cepat mulai menyisihkan dana, akan semakin baik dan semakin murah dana yang diperlukan. Sebagai gambaran, untuk target pencapaian dana 1 milyar 20 tahun yang akan datang, dengan tingkat pertumbuhan (return) 14 % per tahun, dana yang harus anda invetasikan per bulan adalah Rp.760.000,-/bulan. Sedangkan bila anda menunda 10 tahun dengan target dan tingkat pertumbuhan yang sama, anda harus menyisihkan dana Rp. 3.800.000/bulan.

7. Menentukan sasaran-sasaran finansial bersama pasangan

Membahas sasaran finansial jangka pendek dan panjang bersama pasangan adalah saat-saat yang menyenangkan karena dengan menyatunya ide anda berdua akan menciptakan motivasi bahtera rumah tangga tang sekaligus memperkuat fondasinya. Mulailah dengan hal yang umum, seperti rencana pembelian mobil, cicilan rumah dan lain-lain. Kemukakan ide-ide anda secara kreatif. Misalnya rencanakan cicilan rumah sudah selesai sebelum anak tercinta mulai kuliah, hal ini akan mengurangi tekanan finansial anda dimasa mendatang. Atau jangan membeli mobil mungil kalau anda sudah mengharapkan kedatangan si kecil sebelum 2 tahun ke depan.

Jangan lupa buat rencana anda secara tertulis agar bisa selalu di tinjau kembali dari waktu kewaktu dan yang terpenting, konsolidasikan sasaran-sasaran anda ke dalam rencana anggaran bulanan.

8. Menghemat = menciptakan pendapatan

Saat anda melakukan belanja bulanan untuk rumah tangga, biasakanlah untuk menghemat anggaran. Dan dedikasikan penghematan tersebut untuk sesuatu yang nyata. Waktu kami baru menikah, nenek saya pernah menasehati, “Simpan penghematan belanjamu untuk hadiah ulang tahun anak-anakmu kelak”. Dan diluar dugaan, kami mendapatkan lebih dari cukup untuk itu.

9. Membeli untuk manfaat jangka panjang

Hampir semua orang tua menyambut kelahiran anggota keluarga baru dengan menyiapkan tempat tidur bayi. Berapa lama sang bayi tidur ditempat itu? Bukankah lebih hemat dan efisien kalau kita menyambutnya dengan membeli tempat tidur ukuran dewasa, yang akan terus bermanfaat sampai dia dewasa.
Semoga bermanfaat!

Kiat Jitu Mengelola THR

Bulan puasa segera (telah) tiba, lebaran pun segera menyusul ya Idul Fitri (1430 H) merupakan hari raya umat Islam sebagaimana Waisak adalah hari raya umat Budha, Nyepi milik umat Hindu dan Natal untuk umat Kristiani.

Adalah hal wajar saat menjelang hari raya setiap masyrakat memerlukan biaya tambahan untuk merayakannya. Bagi pemberi kerja sudah sewajarnya untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dan tentunya bagi karyawan sudah membayangkan Tunjangan Hari Raya (THR) yang akan diterima, bahkan dalam banyak kasus banyak karyawan yang telah menunggu jauh sebelum THR diterima, dalam benaknya uang 'bonus' tersebut akan dibelanjakan ini, itu dan lain-lain.

Pembaca yang bijaksana alangkah baiknya selagi dana belum diterima mari kita rencanakan kemana saja alokasi THR itu akan digunakan, berikut kiat-kiat jitu pengelolaan THR:

Patut disadari bahwa jumlah THR yang diterima tidak sebesar Gaji bersih yang diterima (setelah pajak/take home pay), misal gaji setelah pajak sebesar Rp 5 juta maka THR yang diterima adalah pasti dibawah 5 juta hal ini disebabkan potongan pajak atas THR yang disetahunkan.

Tentukan angka maksimum pengeluaran saat kita menerima THR, bandingkan dengan pengeluaran normal bulanan, kemudian perhatikan hal berikut:

A. Batasan pengeluaran THR yang sehat adalah maksimum 2 kali pengeluaran normal. Ingat dari pengeluaran bukan dari pemasukan normal, jadi (ini wajib hukumnya) pengeluaran harus lebih kecil dari pemasukan. Lalu batasan pengeluaran THR yang SEHAT itu untuk apa saja ya?:

1. Lunasi utang yang pembayarannya variabel/tidak konstan (biasanya hutang tanpa agunan), misalnya kartu kredit, kartu simpan pinjam, dll apapun namanya.., ingat! utang yang pembayarannya tidak konstan bunga-nya pasti tinggi!, jika belum bisa lunas minimal menguranginya. Budged untuk ini maksimal 30% dari gaji +THR bersih setelah pajak.

2. Bayar kewajiban + bonusnya kepada pihak yang terdekat, misalnya pembantu, baby sitter, sopir, tukang kebon, dll, jangan lupa mereka juga harus terima THR, bagi yg umat muslim jangan lupa sisihkan minimal 2.5% untuk pembayaran zakat.

3. Investasikan dulu, minimal 10% dari income + THR, ingat investasi juga bagian dari kewajiban anda sebagai karyawan, jika anda ingin menjadi makmur dikemudian hari.

4. Sisanya baru-lah dipakai untuk belanja dan mudik.

Box tips: Kiat jitu THR yang SEHAT:

Rencanakan.!, rencanakan dan rencanakan..., misal dalam kondisi normal saat anda tidak terima THR: Gaji 100% minus utang maksimal 30% minus investasi minimal 10% dan sisa yang digunakan sehari-hari sebesar 60%. Nah dari angka ini menjadi acuan pengeluaran pada saat THR kita terima.

Jika 2X atau sebesar 120% pengeluaran maka dapat disebut sebagai Pengeluaran THR yang SEHAT.
Jika 2.7X atau sebesar 162% pengeluaran maka disebut sebagai pengeluaran yang WAJAR.
Apabila lebih dari 2.7X atau diatas 162% maka yang bersangkutan pasti jadi PAILIT alias utang yang melilit...!!.

Manajemen Utang Pasca Lebaran

Mengutip status facebook seorang teman: "Menjelang lebaran, ibu-ibu repot seperti biasa..harus bayar THR..cari pembantu inval..pembantu dah nggak konsen kerjaaaa.. nikmati ajaaaa..".

Ehm.., ini adalah fakta dari sebagian besar keluarga di Indonesia, mendekati lebaran pengeluaran pasti meningkat. Masalahnya apakah aktifitas tersebut dilakukan sesuai kemampuan atau diluar kemampuan? Nah ini yang bahaya jika aktifitas tersebut dilakukan diluar kemampuan apalagi dengan menggunakan pinjaman alias utang terutama utang kartu kredit.

Alangkah baiknya jika kita mulai mengerti bahwa sebenarnya utang dapat dikelola atau di managed dengan tujuan agar utang tidak menjadi bumerang.

Fakta di masyarakat banyaknya penyakit yang sulit disembuhkan yakni utang sindrom alias gali lubang tutup lubang.
Pembaca yang bijak, pada umumnya utang yang terjadi diluar ketidakmampuan bayar adalah utang dari transaksi kartu kredit. Agar tidak terjangkit penyakit utang sindrom maka silahkan pergunakan rambu ini:

Besar cicilan utang (pokok dan bunga) maksimal 30% dari rata-rata penghasilan rutin anda bukan penghasilan gabungan dengan pasangan serta bukan akumulasi dengan bonus.

Penjelasan:

1. Cicilan maksimal 30% adalah batasan sehat rasio keuangan keluarga karena 70% digunakan untuk investasi serta kebutuhan bulanan yang bersifat rutin.
2. Bukan penghasilan gabungan adalah bagian dari manajemen utang & manajemen resiko untuk menjaga jika satu diantaranya berhenti penghasilannya.
3. Bukan akumulasi dengan bonus adalah karena sifat bonus tidak rutin, ini juga bagian dari manajemen utang.

Contoh kasus :

Seorang memiliki kartu kredit dengan limit pemakaian Rp 20 juta, gaji perbulan sebesar Rp 5 juta, bonus THR Rp 4,8 juta, Dalam keadaan darurat (jika amat sangat terpaksa) jumlah pemakaian maksimal kartu kredit adalah sebesar Rp 15 juta dengan kondisi minimum pembayaran 10% yaitu Rp 1.500.000,- (ini adalah 30% dari gaji tanpa bonus). Namun kami sangat tidak menyarankan untuk melakukan kredit melalui Kartu Kredit (bunga sangat tinggi).

Lebih dalam lagi jika kita bedah kasus diatas, pembayaran dilakukan dengan mencicil (tidak penuh), maka wajib diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan adalah sangat mahal, karena kelebihan uang yang diberikan pada bank sangat besar, marilah kita hitung: misalkan transaksi dilakukan pada tgl. 1 sebesar Rp 15 juta, pembayaran (minimum) dilakukan tgl. 21 sebesar Rp 1,5 juta sedang bunga kartu kredit adalah 3,0% perbulan, maka setahun menjadi 36%. Dalam kenyataannya bunga yang anda bayar diatas 36% pertahun!

Berikut perhitungannya (asumsi tidak ada transaksi tambahan pada kasus diatas):

Metode perhitungan bunga kartu kredit yang lazim digunakan di Indonesia:
Saldo rata-rata terakhir: [(Rp15 juta X 20 hari)+[(Rp15juta–Rp1,5juta) X 10 hari]] / 30 hari X 3% = Rp 435.000,-
Atau sebesar 3,22% perbulan = 38,67% pertahun.

Selain itu ada biaya keterlambatan (jika lewat dari tgl. jatuh tempo) dan biaya overlimit (jika total tagihan melebihi saldo yang diberikan).

Lalu bagi mereka yang sudah terlanjur memiliki utang melebihi batas maksimum kemampuan bayar (pokok + bunga > 30% gaji)? Berikut adalah tipsnya:

1. Simpan kartu kredit di dalam laci dan kunci laci tersebut, kartu kredit dilarang digunakan kembali
2. Jangan membuat utang baru, gunakan kartu debit dalam bertransaksi
3. Hitung besar kemampuan bayar anda maksimal 30% dari gaji anda
4. Terus berupaya menambah pembayaran utang hingga besar cicilan (pokok+bunga) masuk dalam kisaran < 30%
5. Review aset yang ada apakah bisa & layak utk melunasi hutang?
6. Buat anggaran, batasi pengeluaran agar tidak melebihi anggaran
7. Jika tidak memiliki aset utk melunasi utang, maka poin 6 lebih 'diketatkan', kelebihan dana diarahkan untuk poin '4'.
8. Perlu diketahui jika kartu kredit dibayar minimum 10% secara tetap dari tagihan awal (dengan bunga 3% perbulan) serta tidak ada transaksi tambahan, maka utang anda baru lunas di bulan ke 12, pada contoh diatas pembayaran Rp 1.500.000,- dilakukan dalam jumlah yang tetap setiap bulan.
9. Perlu diketahui jika kartu kredit dibayar minimum 10% dari saldo tagihan (dengan bunga 3% perbulan) serta tidak ada transaksi tambahan, maka di bulan ke 24 dipastikan hutang and masih belum lunas. Jika mungkin usahakan gaji anda meningkat dari bulan sebelumnya.

Pembaca, jika kita lihat poin '8' maka bisa dikatakan utang baru lunas dibulan ke 12, sedangkan lebaran selalu maju 11 hari setiap tahunnya, ini berarti bahwa utang tidak pernah akan lunas. Saran kami jika ada bonus segera anda tutupi utang yang ada (terutama dari kartu kredit).