Oleh ISM
Dalam kurun waktu empat hingga lima tahun ke depan, perbankan syariah membutuhkan 40.000 tenaga kerja. Khususnya yang menguasai Islamic Finance dan pengelolaan manajemen risiko sesuai syariah.
Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur BI, Muliaman D Hadad usai membuka seminar Islamic Bank In The Light Of Global Financial Crisis di Graha Niaga, Jakarta, Senin (15/06/09).
"Dalam waktu 4 sampai 5 tahun ke depan, diperlukan sebanyak 40.000 tenaga kerja yang bergerak khusus di sektor perbankan syariah," ujarnya.
Mualiaman mengatakan, saat ini ada dua sisi prioritas BI dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, yakni aspek supply dan demand.
"Dari sisi supply, kita harus menyediakan sumber daya manusia yang menguasai Islamic finance. Selain itu mereka juga harus menguasai bagaimana mengelola manajemen risiko sesuai syariah Islam," ujarnya.
Ia berpendapat, dalam penyediaan sumber daya manusia khususnya di sektor perbankan syariah memerlukan persiapan secara komprehensif, mulai dari penerapan kurikulum berbasis ekonomi syariah di dinas pendidikan. "Saat ini BI masih membahas bagaimana penerapan tersebut dilakukan," katanya.
Muliaman mengusulkan untuk menyusun nota kesepahaman (MoU) dengan dinas pendidikan. "Misalnya, nanti akan kita tingkatkan kurikulum mengenai studi syariah mulai dari sekolah kejuruan hingga universitas," jelasnya.
Sedangkan dari sisi demand, menurut Muliaman, sangat penting bagi Bank Indonesia (BI) saat ini untuk melanjutkan komunikasi dan sosialisasi pada publik mengenai Islamic finance dan perbankan syariah.
Muliaman mengatakan, perbankan syariah kini telah menjadi pilar ketahanan ekonomi berdampingan dengan perbankan konvensional. Seiring dengan pertumbuhan perbankan syariah, BI sebagai regulator terus berupaya untuk mengembangkan sektor perbankan syariah di Indonesia.