Yohanes Kopong Tuan MSF
PADA hari Komunikasi Sosial se-Dunia ke-43, Paus Benediktus XVI menyampaikan pesannya bagi selu¬ruh umat Katolik dengan tema; "Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya menghormati, Dialog dan Persahabatan". Tema ini kiranya berangkat dari kepri¬hatinan Paus bersama kita atas segala penyimpangan dan penyalahgunaan manusia. Kekeliruan da!am membuat penilaian, keputusan, dan pilihan terhadap fungsi dasar dan tujuan utama media komunikasi telah menghadirkan berba¬gai dampak negatif dalam kehidupan manusia sendiri.
Komunikasi atau pamer?
Penyalahgunaan terhadap azas manfaat dan nilai guna dari media komunikasi sedang mengancam proses komu¬nikasi manusia karena mentalitas konsumtif dan hedonis yang berdampak pada kesalahan pengambilan keputusan dan pilihan seeara tidak bijaksana terhadap tawaran media komunikasi. Dewasa ini satu orang bisa memiliki dua atau tiga HP, dua atau tiga nomor HP. Kalau memiliki HP yang tidak "gaul" dikatakan ketinggalan zaman. Dalam keluarga¬ keluarga kaya misalnya, masing-masing anggota memiliki TV di dalam karnar yang menghambat komunikasi efektif dan intensif antaranggota keluarga. Muneu! pertanyaan, "media komunikasi yang dimiliki benar-benar sebagai sarana komunikasi atau sekadar pamer?" Media-media komunikasi kerap dijadikan sarana untuk memuaskan ego¬isme pribadi. seperti HP dijadikan sebagai sarana phone sex, bahkan perselingkuhan. Internet disalahgunakan untuk mengakses gambar-gambar porno. Televisi dimanfaatkan bukan lagi untuk mendengarkan berita dan informasi yang bisa membantu memperkaya dan memperluas wawasan, tetapi malah dimanfaatkan untuk menonton film-film BF dan sinetron yang ikut mempengaruhi menurunnya minat pemirsa terhadap berita atau informasi aktual.
Di sisi lain, pihak media lebih suka menayangkan hal-hal yang bemuansa negatif, seperti kehidupan rumah tangga para selebritis yang dilanda perselingkuhan, perceraian, dan juga berita-berita kriminal yang bisa membangun konsep dasar dalam diri pemirsa untuk mencobanya. Media massa kerap dijadikan sarana untuk saling menjatuhkan, aneaman
. dan manipulasi berita yang dilakukan pihak media.
Kenyataan-kenyataan ini mengungkapkan kepada kita akan sebuah degradasi moral manusia dalam bermedia. Manusia zaman sekarang justru terjebak dalam sikap kekanak-kanakan dan membodohi diri sendiri karena ke¬salahan dalam memberikan penilaian dan pengambilan sikap serta keputusan yang paling mendasar terhadap tawaran media komunikasi. '
Budaya santun
Tujuan utama dari media komunikasi adalah sebagai alaI komunikasi antar manusia, antar negara dalam rangka
mengkomunikasi ide-gagasan, mengaktualisasikan diri, memperkenalkan serta memberi informasi ten tang budaya, negara, dan segala berita kepada seluruh penjuru dunia. Kehadiran media komunikasi dalam kehidupan manusia dinilai semakin mempermudah komunikasi meski secara faktual tidak memperpendek jarak informasi, komunikasi, dan berita antarnegara dan wilayah dalam satu negara.
Di bidang pendidikan, media komunikasi memberikan arti positif bagi keberlangsungan studio Segala bahan, infor¬masi penting berkaitan dengan dunia pendidikan dengan mudah dan cepat dapat diakses.
Untuk mencapai tujuan bersarna yang saling mendewa¬sakan dalam bermedia, manusia dari dirinya sendiri sebagai pengguna jasa media komunikasi perlu membangun kesa¬daran untuk menghidupi kembali budaya santun dalam bermedia. Budaya santun yang dimaksud adalah cara ber¬media yang saling mendewasakan dalam sebuah dialog dan relasi yang saling menghormati dan menghargai melalui pemahaman dan tanggung jawab bersama. Berhadapan dengan media komunikasi, manusia wajib menempat¬kan tuntutan-tuntutan etika atau moral dalam bermedia di atas segala kepentingan dan ego pribadi, sehingga media komunikasi sungguh-sungguh menjadi sarana komunikasi yang menciptakan relasi baru berlandaskan budaya saling menghormati, dialog, dan persahabatan yang saling mende¬wasakan. Lebih dari itu, media komunikasi juga hendaknya ditempatkan dalam kerangka pengembangan iman satu sarna lain dalarn dialog dan komunikasi yang bertanggung jawab selta santun.
Media komunikasi wajib ditempatkan sebagai medan perjumpaan dan sharing pengalaman yang saling mende¬wasakan dalarn sikap hormat dan saling menghargai satu sarna lain dalarn berkomunikasi maupun menimba informa¬si. Karena itu, dibutuhkan kerjasama antara pihak pengguna jasa media komunikasi dengan pihak penyedia komunikasi. Yaitu, membangun keseimbangan kesadaran akan azas manfaat dan prinsip dasar media komunikasi melalui pen¬didikan bagi masyarakat dengan menekankan etika berme¬dia. Budaya santun atau etika bermedia perlu dikedepankan dengan mempertimbangkan dampak-dampak ke depan bagi kehidupan masyarakat umum. Karena itu, pada tempat pertama dan utama masing-masing pribadi ataupun pihak lain perlu menghilangkan mentalitas konsumtif dan hedonis seraya menghidupi prinsip-prinsip dasar etika bermedia: sopan santun dalam berkomunikasi, waktu berkomunikasi. dan penghargaan serta penghormatan satu sama lain dalam rangka membangun budaya santun untuk mengembangkan relasi baru dalam sikap saling menghormati, menghargai dalam persahabatan yang dialogis dan bertanggung jawab secara moral maupun iman.
Budaya santun dalam bermedia
Diposting oleh
Sopyan Tsauri
Kamis, 30 Juli 2009