Mereka Mengajariku Makna Hidup

Allah sekan menjawab pertanyaan-pertanyaanku saat aku bersama teman-teman ngabuburit di the view ngeliat pemandangan2 yang menurutku cukup indah dibandingkan Bandung kota, apalagi Jakarta yang semrawut. Saat mencoba menghayal tentang masa depan, mencoba menelusuri masa lalu dan mencoba pula menerka-nerka Indonesia masa depan. Semua terlintas semrawut di kepala, tanpa jelas arah dan tujuan.

Setelah adzan berkumandang dan menikmati kurma dan teh kotak, akhirnya kami turun ke kota untuk sholat dan kemudianmencari makanan. Kali ini pilihan kami di Bebek Bakar Ibu Chiek di deket Masjid istiqomah, yang konon enak.

Dan pembelajaran pun dimulai di sana..

Aku menemui 3 bocah kecil, Eri kelas 6 SD, Dadan kelas 4 SD, dan yang paling kecil Ibam kelas 1 SD. Jujur miris saat aku melihat mereka memanggul “ulekan” dari batu untuk kemudian mereka jual. Mereka berasal dari Padalarang. Setelah mereka pulang sekolah (ini yang membuat aku kagum) mereka membawa ulekan yang sudah dipersiapkan orang tua mereka untuk di bawa ke Bandung naik Kereta Api. Di Bandung mereka berjualan dari gang ke gang dengan memanggul itu.

Luar biasa berat, itu yang aku rasakan saat mencoba mengangkat beban yang biasa mereka bawa. Kurang lebih 10 kg deh yang masing2 mereka bawa. Kecuali Ibam yang masih kecil, sekitar setengah dari Eri bebannya. Aku ngebayangin mereka yang masih kecil itu sudah harus mengangkat itu keliling Bandung.

Mereka pulang dari Bandung jam 10 malam naik kereta. Hanya saja terkadang mereka tidak pulang jika jualan mereka tidak laku. Mereka memilih tidur di Masjid untuk kembali berjualan lagi esok hari. Obrolan2 ku dan teman dengan Eri yang memang kami ajak ngobrol lebih dulu, membawaku menyelami perasaannya dan kecerdasan dia secara intelektual. Aku melihat dia anak yang cerdas. Bisa menjawab pertanyaan pertanyaanku. Aku pun melihat dia seorang yang bertanggung jawab saat dia memutuskan untuk tidak pulang jika tidak laku, karena hanya buang-buang uang transport dia juga mau menjaga teman-temannya yang relative masih kecil. Aku pun melihat kejujuran yang mendalam disana. Maaf, saat kami memberikan Eri selembar 20 rb-an.. apa yang lantas Eri jawab? Nanti dibagi setiap orang 6 ribu lima ratus terus sisa lima ratusnya dikasih ke pengemis.. Subhanallah…

Mereka pun ga mau klo disuruhmengemis atau minta-minta. Kata Eri itu Haram! Aku mencoba memijat-mijat dia sambil bertanya apakah dia capek, dengan lugu dia jawab, iya Kang!! Punggung kerasanya sakit.. tapi ya gimana lagi?? Aku sangat terharu, meski aku yakin dia mampu. Tp aku masih ngerasa beban itu terlalu berat bagi mereka. Tp tekanan ekonomilah yg membuat mereka seperti itu. Disisi lain aku melihat Eri, Dadan dan Ibam ditempa dengan baik oleh Orang Tua mereka. Mereka dididik kerja keras dan tanggung jawab dan tidak ketinggalan kejujuran.

Rabb, aku semakin meyakini masa depan bangsa ini sangat cerah. Aku melihat sosok Eri cs yang pekerja keras, tanggung jawab, dan jujur. Haru memang mendengar kisah mereka, dan aku yakin mereka jujur lantaran sebelum-sebelumnya kami sudah sering ngobrol dengan anak2 jalanan, sehingga bisa tau mana yang bohong dan yang jujur. Dan kuyakin Engkau akan membalas perbuatan mereka dengan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.

Ya, hari ini Mereka mengajariku banyak hal. Tentang semangat kerja keras, tanggung jawab, dan kejujuran. Terima kasih dik,, ini pelecut bagi kami.. Klo kamu bisa mengangkat beban yng lebih berat dari seharusnya, mengapa kami tidak?? Semoga Allah melindungi kalian…