Bisnis adalah Sebuah Ide

Oleh Zainal Abidin

Pada zaman purba, manusia hidup dengan mengandalkan hasil berburu binatang atau memetik buah-buahan di hutan. Ketika mereka membutuhkan benda lain yang tidak mereka miliki, mereka melakukan tukar-menukar dengan orang-orang yang dikenalnya. Tukar-menukar itu kita sebut sebagai barter. Perkembangan selanjutnya, terbentuklah pasar. Manusia sudah mengenal budaya beternak dan bertani. Mereka memelihara ternak dan atau menanam tanaman. Mereka juga memproduksi berbagai barang kebutuhan manusia. Sistem barter sudah jarang dilakukan. Itu lah saat mereka mengenal alat tukar yang disebut uang.

Sekali lagi, bisnis adalah sebuah ide. Berburu, beternak, bertani, memproduksi suatu barang, sistem barter, pembentukan pasar serta penggunaan uang adalah beberapa kegiatan yang dimulai dari sebuah ide. Dari sebuah ide, berkembang menjadi suatu bisnis yang kemudian menghasilkan uang.

Tak bisa disangkal, ide bisnis selalu lahir dari sebuah organ yang terletak di antara dua telinga kita. Dan satu hal yang sering dilupakan, ide bisnis sering kali lahir secara gratis. Hanya sekedar memanfaatkan suatu benda yang beratnya tidak lebih dari 1,5 kg yaitu otak. Bisa otak kita, dan bisa juga otak orang lain. Ironisnya, organ inilah yang jarang kita pakai.

Kali ini, saya ingin memberikan satu contoh, bagaimana sebuah ide, yang dari sisi substansi nyaris sama, bisa menghasilkan jumlah uang yang berbeda. Di Jakarta, seorang pemulung bisanya hanya punya penghasilan tidak lebih dari dua juta rupiah per bulan. Mereka menjual hasil pulungannya berdasarkan berat. Murah sekali.

Di belahan dunia lain, di New York, ada anak muda yang dengan sengaja memilih profesi, yang di Indonesia disebut pemulung. Justin Cignac, nama anak muda itu. Ia mengumpulkan sampah di kota New York. Bedanya, ia mengemas sampah-sampah minuman dalam kemasan, kertas koran, bungkus kado dan bahkan bekas Police Line di dalam sebuah kotak akrilik berukuran 15 X 15 X 15 cm, kemudian diberi merk. New York City Garbage. Idenya sederhana. Sampah kota New York dikemas. Tidak sampai satu kilogram per kemasan. Ia tidak menjualnya secara kiloan seperti pemulung di Jakarta. Mau tahu harganya? Ia menjualnya dengan harga 4 dollar per kotak. Dan laku keras, bukan hanya dibeli para turis yang datang ke New York, tetapi juga dari pesanan mereka yang tidak punya biaya pergi ke New York tapi ingin punya souvenir sampah dari kota New York.

Apa ide bisnis anda?

Catatan Redaksi:
Ini adalah artikel perkenalan dari Zainal Abidin alias Bang Jay. Nantikan tulisan-tulisan Bang Jay seputar bisnis dan berbisnis yang akan segera hadir teratur diBlog Network Niriah.