Sunatullah Uang dan Air

Ada ungkapan menarik yang terlontar dari Prof Didik J. Rachbini saat meresmikan BMT Niriah STAIM di Tangerang Ahad (9/2/2008). Katanya, air dan uang memiliki persamaan sekaligus perbedaan. Persamaan keduanya adalah sama-sama likuid alias cair. Sedangkan bedanya, jika air menetes ke bawah, maka uang menetesnya ke atas.

Hahaha... pendengar pun terbahak. Ungkapan cerdas tersebut terasa menohok!

Menohok karena memang begitulah kenyataan sehari-hari yang tampak di depan mata kita: yang kaya semakin miskin, yang miskin jadi lebih miskin. Tak heran bila kemudian berkembang olok-olok bahwa di Indonesia kemiskinan dari waktu ke waktu semakin berkurang. Penyebabnya, bukan lantaran orang miskin tersebut menjadi kaya, melainkan karena perlahan-lahan mereka mati kelaparan. Sebuah olok-olok yang mungkin berlebihan.

Namun faktanya bagaimana? Dalam acara yang digelar di aula STAIM Cikokol Tangerang tersebut Didik mengungkapkan keprihatinannya ekonomi Indonesia dan "distribusi kekayaan" yang tidak merata. Ia mengilustrasikan kondisi perekonomian Indonesia, khususnya pada zaman orde baru, yang mirip gelas gelas minuman yang mengembung pada bagian atas, dengan bagian tengahnya yang ramping dan bawahnya ceper.

Menurut Didik, gambaran itu mewakili kondisi ekonomi dengan distribusi kekayaan yang tidak merata. Dalam masyarakat berkasta, demikian jelasnya, sudah menjadi sunatullah bahwa kekayaan cenderung memusat pada kasta tertinggi, lalu dinikmati sedikit orang di bagian tengah baru setelah itu bagian bawah menerima rembesannya.

Karenanya, kata Didik, itu tak boleh kita biarkan. Kita harus melakukan sesuatu agar kekayaan, seperti halnya air, bisa menetes ke bawah. Yang pasti membuat uang menetes ke bawah jelas tidak mudah. Karena, sunatullahnya kekayaan itu menetesnya memang ke atas. Tapi bukan berarti tidak mungkin.

Mendirikan lembaga keuangan mikro, semisal BMT, bisa merupakan ikhtiar menuju kesana. "Ini jihad besar!" ujar Didik bersemangat disambut anggukan peserta diskusi yang memadati aula STAIM Cikokol Tangerang.

Dalam acara tersebut, Didik yang duduk di majelis ekonomi Muhammadiyah ini didaulat sebagai key note speaker. Setelah menyampaikan pandangan-pandangannya selama sekitar satu jam, acara dilanjutkan dengan diskusi "Pemberdayaan UMKM dengan Dukungan Teknologi Informasi dan Internet".